“Kebenaran Akan Terus Hidup”

Judul lagu dari Fajar Merah anak laki laki dari seorang Sastrawan dan aktivis Hak Asasi Manusia. Sejak 1998 yaitu Wiji Thukul salah satu tokoh yang ikut melawan penindasan rezim orde baru. Fajar Merah lagunya yang selalu membakar semangat api perjuangan bagi seorang demostran. Kebenaran tak mungkin bisa dilenyapkan, kebenaran akan dan akan terus berlipat ganda, akan terus memburu seperti kutukan.  

Wiji Thukul dikenal sebagai seniman dan aktivis yang kerap mengkritik rezim orde baru. Ia menyuarakan ketidakadilan dan ketertindasan melalu puisi. Seperti ayahnya, Fajar Merah juga menggeluti dunia seni yang menjadi wadah untuk bersuara, ia memusikalisasi puisi Wiji Thukul, diantaranya yang berjudul Bunga dan Tembok dan Puisi untuk Adik.

Bagi Fajar Merah musik tak hanya sekedar hobi, kecintaannya terhadap musik memiliki maknanya sendiri, yakni penghargaan yang ia berikan untuk sang ayah. 

“Aku hanya seorang anak yang memberikan penghargaan kepada bapaknya, memberi penghargaan karya bapaknya lewat musik yang aku buat” kata Fajar Merah dalam video wawancara. 

Menurut dia, musikalisasi puisi dari karya Wiji Thukul secara tidak langsung akan membuat penikmat musik mencari tau lebih dalam, baik mengenal mengenal musik maupun liriknya.      Dalam karya-karyanya, Fajar Merah memberi ruang pada masyarakat untuk mengenal sosok Wiji Thukul.

“Aku pikiranya begini, orang akan mencari tau seperti apa versi aslinya, kalau contoh ini sebuah lagu ya, ini lagu yang aku bawakan, ini karya Fajar Merah seutuhnya atau bukan” ujarnya. 

Dari karya karya grup Efek Rumah Kaca, Fajar belajar mengenai kondisi sosial masyarakat, ia mengetahui permainan mafia hukum dan isu korupsi dari karya grup musik grunge asal bali, Navicula. 

Berbagai upaya Sipon serta elemen aktivis lainnya yang mempertanyakan dan mendesak pemerintah untuk mengungkap peristiwa penculikan pun tak kunjung ada ujungnya. Sampai akhirnya, sang Fajar Merah, di usia 19 tahun saat itu, menuliskan gugatan keras kepada presiden SBY di akun Twitternya MerahBercerita, tahun 2012.

"Saya Fajar Merah anak Wiji Thukul menegur Presiden SBY yang lamban menuntaskan kasus orang hilang," tulisnya. Sampai pemimpinan Presiden Joko Widodo sampai menuju puncak pemilihan presiden 2019, Wiji Thukul tetap menjadi misteri. Tak ada kabar, apakah telah tewas seperti aktivis lainnya yang hilang atau seperti apakah kondisinya saat ini. Seperti juga penuntasan pemerintah yang juga tetap berjalan seperti tahun-tahun lalu. Tidak ada kepastian.

Maka, sang Fajar Merah pun bersenandung. Menggemakan kerinduannya kepada sosok ayah yang banyak dikisahkan orang-orang kepadanya. Kebenaran Akan Terus Hidup. Begitulah judul lagu yang dibuat Fajar Merah untuk mengenang ayahnya sekaligus sedikit obat rindu atas kehilangannya selama ini. 
"Saya tidak memungkiri kerinduan atas sosoknya," kata Fajar yang memiliki paras mirip bapaknya ini. 
Bukan hanya wajahnya saja yang mengingatkan banyak orang atas sosok Wiji Thukul, tapi juga nasibnya dalam menempuh pendidikan. Fajar drop out dari sekolah seperti sang bapak. 

"Suaraku tak bisa berhenti bergema/ Di semesta raya suaraku membara/ Walau kau terus saja coba membungkamnya/ Namun suaraku tak akan bisa kau redam/ .../Karena Kebenaran akan terus hidup/ sekalipun kau lenyapkan/ kebenaran tidak akan mati/ Aku akan tetap ada dan berlipat ganda.../

Begitulah lirik-lirik Fajar Merah menggema di panasnya Pemilu 2019. Terus menyuarakan rasa rindunya, terus menyampaikan tentang suara kebenaran yang tidak akan pernah mati.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Lagu Fajar Merah